top of page
  • rahardininurina

Sang Survivor, Kisah Wafa Menjemput Kesembuhan.


Mengalami gangguan kesehatan mental sejak kecil membuatnya berulang kali menjadi pasien rumah sakit jiwa. Bukan hal yang mudah baginya saat harus berhadapan dengan kondisi kesehatan mentalnya. Namun, alih-alih tenggelam dalam kondisi tersebut, Wafa Kamilah masih tetap bisa berkarya. Simak kisah sosok baik kali ini di artikel berikut.


Mengalami gangguan kesehatan mental sejak kecil membuatnya berulang kali menjadi pasien rumah sakit jiwa. Bukan hal yang mudah baginya saat harus berhadapan dengan kondisi kesehatan mentalnya. Namun, alih-alih tenggelam dalam kondisi tersebutt, Wafa Kamilah masih tetap bisa berkarya.

Hai Teman Baik Ipedia!


Kali ini kita akan berbagi kisah dari seorang sosok baik yang juga seorang perempuan tangguh. Wafa Kamilah atau akrab disapa Wafa, seorang penyintas gangguan kesehatan mental yang kini malah bisa berkarya di tengah perjuangannya untuk sembuh.


Berawal Dari Punya Teman Imajiner


Kisah ini dimulai saat Wafa mendapatkan perlakukan tidak menyenangkan dari orang tuanya. Sejak saat itulah gejala skizofrenia muncul dalam dirinya. Ditambah lagi ternyata sang nenek dari pihak ayah juga seorang pengidap skizofrenia. Saat itulah Wafa mulai memiliki 5 teman imajiner yang hanya bisa dilihat oleh dirinya. Teman imajiner inilah yang kerap kali mendorongnya untuk bunuh diri.


Berlanjut hingga bangku SMA, ia sering disebut sebagai anti sosial karena lebih suka menyendiri. Padahal perilaku tersebut muncul karena niatnya yang tidak ingin melukai orang lain dengan perbuatannya. Pada akhirnya Wafa baru tersadarkan bahwa apa yang dialaminya saat kecil bukanlah sesuatu yang baik setelah mendapatkan materi psikologi saat kuliah.



Perjalanan Menuju Kesembuhan


Wafa sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit jiwa selama 12 kali akibat kondisinya yang sempat tidak sadar diri. Dari situlah kemudian ia mendapatkan diagnosa sebagai pengidap skizofrenia dan juga Post-traumatic Stress Disorder (PTSD). Orang tua yang merupakan salah satu pencetus munculnya PTSD, membuatnya semakin tidak nyaman ketika harus pulang ke rumah. Maka ia kemudian memilih untuk tinggal sendiri selama kuliah.


Pemilihan jurusan Bimbingan Konseling (BK) semasa kuliah, ternyata juga cukup membuat kondisi sosialnya terganggu. Apalagi ada kewajiban mengajar yang malah membuat PTSD kembali muncul. Setelah bekerja pun, Wafa mengaku masih sulit untuk bertemu dengan orang lain.


Dalam hidup kita akan bertemu dg berbagai kelelahan di dunia, tapi terus bergerak untuk terus menemukan tujuan hidup. Walau belum ketemu nanti akan ketemu sendiri. Tidak apa lelah asalkan lillah.

Namun siapa sangka ternyata melalui jurusan tempat Wafa berkuliah juga yang membuatnya bisa mulai berinteraksi dengan orang lain. Ia mulai terbuka dengan orang lain dan mau menjalani perawatan. Apalagi ternyata pasien yang mengalami gangguan kesehatan mental juga masih ditanggung oleh BPJS. Tentu hal ini merupakan dukungan yang sangat berarti bagi Wafa.


Mau tahu perjuangan Wafa bagaimana caranya bertahan hidup hingga akhirnya bisa bangkit untuk menjemput kesembuhan? Bagaimana pula Wafa tetap bisa berkarya hingga bisa menerbitkan buku? Saksikan video selengkapnya hanya di tayangan This Is Me: Sang Survivor hanya di Ipedia Berita Baik berikut ini 




5 views0 comments

コメント


bottom of page