top of page
  • Writer's pictureIpedia beritabaik

Perjalanan Kopi dari Ladang Menuju Cangkir

Ditulis oleh: Titi Esti


Secangkir kopi yang kita nikmati di pagi, siang atau sore hari, ternyata menyimpan banyak kisah pada setiap teguknya. Apakah manisnya bisnis kopi semanis kisahnya? Mari kita simak pengalaman berbisnis kopi dari Siti Sopianti.


perjalanan-kopi

Hai Sahabat Ipedia!


Bisnis kedai kopi sangat marak akhir-akhir ini. Apakah ini pertanda penikmat kopi dari tahun ke tahun terus meningkat? Yang jelas, bisnis kopi ini cukup digandrungi khususnya oleh kalangan muda.


Meski demikian, di antara sekian banyak penikmat kopi mungkin banyak yang belum tahu bagaimana proses dari biji kopi itu hingga dapat tersaji cantik di cangkir. Untuk itu, Siti Sopianti membagikan pengalamannya menekuni bisnis kopi.


Awal Mula Perjalanan Bisnis Kopi

Kopi Indonesia merupakan salah satu kekayaan alam yang terbaik di dunia. Awalnya Siti Sopianti tidak dapat minum kopi dari sembarang kedai kopi, karena memiliki lambung yang sensitif. Keadaan ini justru menjadi sebuah ide untuk membuat kopi yang ramah lambung.


Siti menggandeng temannya yang memiliki ladang kopi. Mereka kemudian berkolaborasi membentuk tim bisnis dengan brand sendiri. Ternyata banyak insight yang ia dapatkan sejak menjalani bisnis kopi ini. Ia pun merasa semakin mencintai kopi.


Selain itu, bisnis kopi juga mengingatkannya pada kebesaran Ilahi. Ternyata, kopi kalau ditanam di lahan yang berbeda dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Hal tersebut mendorongnya belajar seluk beluk kopi.



Memberikan Edukasi pada Masyarakat Tentang Kopi Sehat

Indonesia merupakan salah satu produsen kopi terbaik dunia. Akan tetapi, mirisnya sebagian masyarakat Indonesia masih banyak yang menyukai kopi instan. Hal ini membuat Siti merasa tertantang, bagaimana caranya memberikan edukasi agar masyarakat aware terhadap kesehatannya dengan memilih kopi yang tepat.


Faktanya, kandungan kopi di dalam kopi instan justru sangat rendah, yang tinggi adalah kadar gulanya. Ketika masyarakat Indonesia mengkonsumsi kopi seperti ini dalam jangka panjang, tentu hal Ini tidak baik untuk kesehatan.


Untuk mereka yang memiliki keluhan di lambungnya, Siti menyarankan memilih kopi arabika. Selain rendah kafein, rasanya ada asam dan ada manisnya. Sedangkan mereka yang tidak memiliki keluhan lambung, dapat memilih kopi jenis Robusta yang rasanya lebih bold dan lebih pahit dari kopi arabika.


Bisnis Kopi Low Cost

Proses mendapatkan kopi terbaik hingga sampai ke cangkir kita itu sangat panjang dan rumit. Hal ini dimulai dari kopi itu ditanam di mana, ketinggian lahan berapa mdpl, pemetikannya bagaimana, kemudian pemrosesan paska panen bagaimana.


Tidak berhenti sampai di situ, setelah biji kopi siap digunakan juga masih memerlukan alat-alat yang harganya hingga puluhan juta rupiah.


Tantangan terbesar dalam bisnis kopi selain harga alat-alatnya yang menguras dompet, pelaku usaha juga harus benar-benar ngulik dan perlu effort besar. Kopi harus dilihat mulai dari penanaman, processing, roasteringnya, dan baristanya juga harus bersertifikat.


Untuk memindahkan cost, saya bekerja sama dan ikut banyak kurasi yang dilakukan oleh pemerintah melalui Kementerian KUKM juga dengan Dinas Perdagangan. Mereka mempunyai fasilitas yang dapat diakses oleh pengusaha baru.


Wow, ternyata prosesnya memang benar-benar panjang! Pasti Sahabat Ipedia sudah penasaran dengan kisah lengkap perjalanan kopi ini. Mari saksikan tayangan lengkapnya di Berdikari dalam episode Kopi Untold: Dari Ladang Menuju Cangkir Anda bersama host Niya Tulus berikut ini:











4 views0 comments

Recent Posts

See All

コメント


bottom of page