Ditulis oleh: Amelia Aq
Apakah rasanya ketika impian untuk memiliki keturunan tidak dapat dicapai karena seorang perempuan dilahirkan tanpa rahim? Bagaimana perempuan ini bisa menemukan pasangan hidup yang bersedia menerima ketidaksempurnaan ditubuhnya? Mari kita simak kisah inspiratif Ade Fariyani.
Hai Teman Baik Ipedia!
Ketika seorang perempuan divonis tidak memiliki rahim berarti seumur hidupnya ia tidak dapat hamil. Kondisi yang belum lazim di masyarakat ini tentunya berpengaruh saat perempuan tersebut mencari pasangan hidup. Belum lagi menghadapi penilaian dan penerimaan dari orang lain.
Kenyataan ini dialami oleh Ade Fariyani yang pada akhirnya memilih untuk berbagi inspirasi, mengedukasi dan membantu perempuan-perempuan lainnya. Simak cerita beliau berdamai dengan kekurangan di tubuhnya, menemukan cinta dan memiliki keluarga yang bahagia.
Ade Faryani, Perempuan Tanpa Rahim
Ade Fariyani memiliki kondisi di tubuhnya yang membuat ia berbeda dari perempuan lain pada umumnya. Teh Ade, begitu beliau biasa disapa, tidak pernah mengetahui bahwa ia dilahirkan ke dunia tanpa rahim.
Beliau tumbuh besar seperti halnya anak-anak perempuan yang lain. Namun, saat usia 17 tahun beliau menyadari ada sesuatu yang membuatnya berbeda dari teman-teman perempuannya. Beliau belum pernah menstruasi.
Karena penasaran dengan kekurangannya ini beliau memeriksakan diri ke salah satu dokter kandungan di rumah sakit yang ada di Bandung. Dari pemeriksaan ini tidak ditemukan adanya gangguan maupun kelainan di sistem reproduksinya.
Karena biaya pemeriksaan yang mahal beliau tidak melakukan pemeriksaan lanjutan ketika masih belum menstruasi juga. Sampai pada akhirnya teh Ade melakukan pemeriksaan kembali lima tahun kemudian ketika beliau sudah bekerja dan sedang proses ta’aruf.
Dokter kandungan yang melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang yang lebih lengkap mengungkapkan tidak menemukan rahim di tubuh teh Ade. Untuk memastikan dugaan tersebut akhirnya dirujuk ke dokter radiologi. Melalui pemeriksaan alat yang kualitasnya lebih baik dokter radiologi menyatakan tidak menemukan rahim di tubuh beliau atau istilah medisnya aplasia uteri.
Perempuan Tanpa Rahim Bukan Aib
Awalnya yang mengetahui kondisi yang dialami teh Ade hanya keluarga. Beliau tidak menceritakan kekurangan yang dialaminya kepada teman-teman maupun orang lain yang diluar lingkar keluarga.
Namun, kondisi ini tentu tidak bisa disembunyikan dari calon pasangan hidup. Walaupun teh Ade beberapa kali mundur dari proses ta’aruf karena kurang percaya diri dengan kondisinya, pada akhirnya beliau merasa harus jujur mengungkapkan kekurangannya dan berani menghadapi kenyataan penolakan dari calon suami.
Ketika beliau akhirnya bisa jujur dengan kondisi kekurangan yang dimiliki, masa-masa sulit mendapat penilaian dari orang lain maupun ditanyai pertanyaan-pertanyaan sensitif pun dapat terlewati. Beliau juga dapat bangkit kembali ketika ada yang menyebut beliau seorang yang mandul.
Baca juga: Tips Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Pada akhirnya apa yang dialami oleh beliau ini menjadi jalan untuk berbagi dan menebar manfaat kepada perempuan lainnya yang memiliki kondisi yang sama atau mempunyai gangguan dalam sistem reproduksinya.
Jangan sampai berputus harapan! Kita punya kekurangan pasti juga punya kelebihan. -Ade Fariyani
Suami yang Menerima dengan Ikhlas
Ternyata kejujuran saat proses ta’aruf menjadi kunci teh Ade menemukan cinta dalam hidupnya. Pria ini mengetahui kondisi calon istrinya serta menyadari bahwa dari pernikahannya nanti tidak mungkin memiliki keturunan langsung.
Pria ini juga mengungkapkan kondisi teh Ade kepada orang tuanya. Kejujuran berbuah manis sebab sang ibu mertua memahami kondisi calon menantunya, menerima serta memberi dukungan kepadanya.
Setelah menikah teh Ade melakukan pemeriksaan kembali. Kali ini karena sudah menikah dokter kandungan dapat melakukan pemeriksaan menggunakan USG Transvaginal.
Hasil pemeriksaan kembali menunjukkan bahwa di dalam sistem reproduksi beliau tidak terbentuk rahim. Beliau termasuk 1 dari 5000 bayi perempuan yang dilahirkan dengan Mayer-Rokitansky-Küster-Hauser (MRKH) Syndrome.
Dengan kondisi seperti ini sudah dapat dipastikan tidak dapat memiliki keturunan langsung, darah daging beliau dan suami. Proses kehamilan melalui program bayi tabung pun tidak dapat dilakukan mengingat rahim tempat janin tumbuh selama proses kehamilan tidak dipunyai oleh teh Ade.
Dengan peristiwa tidak ideal yang harus dihadapi ini apakah teh Ade tidak depresi? Bagaimana cara beliau berdamai dengan ketidaksempurnaan dirinya sebagai seorang perempuan? Apa rahasianya mempertahankan pernikahan di kondisi yang tidak ideal? Bagaimana kisahnya menemukan cinta ibu terhadap anak adopsinya?
Simak inspirasi baik teh Ade di This is Me “Kisah Cinta Perempuan Tanpa Rahim” berikut ini:
Comments