top of page
  • Writer's pictureIpedia beritabaik

Apakah Perempuan Mampu Berperan Sebagai Pemimpin?

Ditulis oleh: Amelia Aq dan Latifah Butl


Pada dasarnya perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki, terutama dalam menduduki kursi kepemimpinan. Namun, pada praktiknya masih banyak stereotipe yang beranggapan bahwa ketika perempuan menjadi seorang pemimpin, maka ia akan mengungguli laki-laki.


pemimpin perempuan

Hai Teman Baik Ipedia!


Program Kata Hati episode 108 kedatangan tamu istimewa. Ita Widyaningsih, S.H. M.H. Beliau adalah salah satu pemimpin perempuan yang sukses memimpin sebuah satuan kerja di wilayah hukum Indonesia.


Penasaran dengan sosok perempuan satu ini? Bagaimana kiprah beliau bisa jadi pemimpin? Yuk, kita simak pengalaman opini baiknya dalam menanggapi isu yang masih banyak menjadi perbincangan masyarakat Indonesia ini.


Ketua dan Hakim Perempuan di Pengadilan Negeri Martapura, Kalimantan Selatan

Aktivitas sehari-hari seorang Ita Widyaningsih adalah menjadi Ketua sekaligus Hakim Pengadilan Negeri Martapura.


Tugas beliau sebagai hakim yaitu menerima, memeriksa, dan mengadili perkara yang ditujukan kepada majelis hakim yang beliau pimpin. Sebagai ketua, beliau bertugas baik yang berhubungan dengan yudisial maupun non yudisial, dan melaksanakan tugas-tugas administrasi peradilan.


Selain menjadi Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri, beliau mengisi kegiatan hariannya juga dengan mengajar di perguruan tinggi maupun memberikan sosialisasi, baik kepada instansi maupun organisasi non government lain yang membutuhkan pencerahan tentang peraturan undang-undang. Ataupun diskusi mengenai suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung maupun peraturan perundang-undangan.


Bercocok tanam dan memelihara kucing adalah aktifitas lain yang dilakukan oleh ibu satu anak ini. Dua kegiatan itu menjadi pengisi waktu luang beliau selama di rumah.



Kesempatan Menjadi Seorang Pemimpin Perempuan

Kesempatan menjadi seorang pemimpin di Indonesia menurut sebuah artikel yang pernah dibaca oleh ibu Ita masih terbatas. Oleh karena itu, beliau berpendapat untuk mendorong para perempuan Indonesia mengambil peran sebagai seorang pemimpin hendaknya dibuat sebuah sistem yang adil.


Sistem politik yang transparan dalam pemilihan pemimpin sebaiknya mendukung pemilihan berdasarkan kemampuan dan prestasi. Dengan adanya sistem seperti ini, maka akan ada penilaian dari kinerja, pencapaian serta pengujian kompetensi sebagai pemimpin.


Ketika pemilihan pemimpin menggunakan sistem seperti ini akan membuka kesempatan yang lebih luas. Kesempatan seperti ini patut dimanfaatkan dengan cara para perempuan berjuang untuk menambah kapasitas dirinya memenuhi kompetensi sebagai pemimpin dan berprestasi.


Ibu Ita mengawali karier kepemimpinannya sebagai wakil ketua pemimpin Pengadilan Negeri Amuntai. Beliau mengemban amanah tersebut pada tahun 2017 sampai 2019.


Kesempatan itu selalu ada maka marilah berlomba meraih cita-cita yang diimpikan oleh sebagian perempuan, memberikan dan berkontribusi, berdaya untuk Indonesia. -Mamah Iis

Bu Ita mengatakan, meskipun kesempatan bagi perempuan untuk menjadi pemimpin masih dibatasi, tapi bukan berarti perempuan tidak bisa menjadi pemimpin.


Untuk mendorong partisipasi perempuan menjadi level pemimpin diperlukan kebijakan yang berpihak pada sistem, yaitu memberikan kesempatan pada siapapun yang memiliki kemampuan dan prestasi bukan kekayaan atau status sosial.


Seorang perempuan mampu menunjukkan pada dunia bahwa ia memiliki kekuatan dan ciri khas tersendiri. Kenali potensimu, perempuan jadi pemimpin, bisa! -Ita Widyaningsih

Perbedaan Kepemimpinan Antara Laki-laki dan Perempuan

Menurut pandangan bu Ita yang menjadi ketua Pengadilan Negeri Pelaihari pada tahun 2019, perbedaan kepemimpinankepimpinan antara laki-laki dan perempuan diantaranya karena perempuan memiliki kecenderungan multitasking.


Perempuan memiliki kemampuan mengerjakan banyak hal dengan baik dalam satu waktu sehingga dalam menjalankan peran kepemimpinannya tersebut terdapat banyak hal yang menjadi perhatiannya.


Dampak positif dari kepemimpinan perempuan lainnya adalah ada banyak sisi yang tersentuh dan terlihat. Perempuan juga memiliki kecenderungan lebih detil dalam memperhatikan dan menangani sesuatu.


Sebagai seorang leader, perempuan juga dapat menggunakan kemampuan lain yang memang secara natural dimiliki oleh perempuan. Belum lagi bakat-bakat yang memang hanya ada pada perempuan. Jika kombinasi ini dapat digunakan dengan baik, hal ini akan menjadi nilai lebih dari seorang leader perempuan yang menjadi pembeda dari pemimpin laki-laki.


Tantangan yang nyata adalah ketidakpercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan perempuan. Padahal menurut hasil riset yang disebutkan oleh bu Ita menyimpulkan bahwa kualitas kepemimpinan baik oleh perempuan dan laki-laki tidak ada perbedaan.


Disamping ketidakpercayaan ini masih ada lagi hal lain yang biasanya ditanyakan kepada pemimpin perempuan. Pertanyaan yang biasanya ditanyakan adalah tentang manajemen waktu sebagai seorang istri dan ibu di keluarga.


Menjalankan Peran Sebagai Ibu

Ibu Ita berpendapat bahwa peran sebagai partner suami dan ibu anak-anak adalah pekerjaan utama saat sudah kembali ke rumah. Walau beliau saat ini menjabat sebagai ketua Pengadilan Negeri Martapura sejak 2022, ketika beliau tiba di rumah atribut kepemimpinan yang melekat di institusi pun dilepaskan.


Di rumah beliau kembali menjalankan fitrahnya sebagai seorang istri yang melayani suami, ibu yang mendidik dan membimbing anak. Di kantor pun beliau mengatur waktunya sehingga disela-sela bekerja masih bisa melakukan monitor terhadap kebutuhan keluarga di rumah.


Manajemen waktu adalah kunci dari ibu yang bekerja di ranah publik. Keberhasilan pengaturan waktu menjalankan peran di kantor dan di rumah tergantung dari manajemen waktu perempuan tersebut.


Bu Ita mengungkapkan bahwa ia pernah pada suatu titik merasa tidak mempersembahkan yang terbaik untuk keluarga. Ketika suami beliau meninggal dan beliau dalam masa berduka muncul penyesalan karena merasa kurang memberikan waktu untuk keluarga.



Pada akhirnya beliau dapat bangkit kembali dari rasa menyesal setelah menyadari bahwa apa yang diamanahkan kepada beliau adalah sebuah takdir dari yang Maha Kuasa. Dibalik kejadian akan ada hikmah yang dapat dipetik untuk melanjutkan kehidupannya.


Manajemen waktu adalah kunci. -Ibu Ita

Pemimpin Perempuan, Bisa atau Tidak?

Secara umum perempuan menjadi pemimpin, bisa! Pengalaman yang dialami oleh bu Ita selama ini membuktikan bahwa perempuan memiliki kapasitas untuk memimpin.


Namun, menurut bu Ita ada dua buah syarat yang sebaiknya dipenuhi. Yang pertama adalah kemampuan dan keterampilanketrampilan menjalankan kepemimpinan efektif. Syarat yang kedua adalah organisasi yang sesuai dengan gaya kepemimpinan perempuan.


Ingin tahu apa saja fitrah perempuan yang dapat digunakan sebagai modal dan nilai lebih pemimpin perempuan? Apakah tips dan bagaimana manajemen waktu bu Ita sebagai seorang ibu dan ketua Pengadilan Negeri?


Apakah halangan menjadi seorang pemimpin perempuan? Dan bagaimana pengalaman pribadi beliau dalam proses pemilihan sebagai pemimpin dibawah institusi Mahkamah Agung?


Simak opini baik bu Ita di Kata Hati episode #108 “Perempuan Jadi Pemimpin, Bisa!“ berikut ini:



2 views0 comments

Comments


bottom of page